Langsung ke konten utama

Tiga Pertanyaan Sebelum Menulis Feature


DIKLAT JURNALISTIK. Direktur Perpustakaan Pers PWI Sulsel, Asnawin Aminuddin, membawakan dua materi, yakni "Memahami dan Menulis Berita" dan "Teknik Menulis Feature", pada Diklat Jurnalistik Pelajar SLTA se-Kabupaten Bulukumba, di SMA Negeri 1 Bulukumba, Selasa, 25 Juni 2013. (ist)







------------------------

Tiga Pertanyaan Sebelum Menulis Feature



Feature adalah karangan khas yang dibuat berdasarkan fakta, bukan khayalan dan bukan fiksi. Disebut karangan khas karena di dalam tulisan, selalu ada sentuhan rasa kemanusiaan, yang sifatnya menghibur, menimbulkan rasa heran, geli, takjub, cemas, terharu, kasihan, jengkel.

Selain itu, di dalam artikel featurejuga selalu diupayakan ada unsur mendidik, menambah pengetahuan, menimbulkan rasa keindahan, dan sebagainya.

"Artikel feature berupaya membangkitkan atau menggiring emosi khalayak. Saat membaca tulisan feature, khalayak seolah-olah turut merasakan, turut gembira, turut sedih, turut malu, dan sebagainya," kata Direktur Perpustakaan Pers PWI Sulsel, Asnawin Aminuddin.

Hal tersebut dikemukakan saat membawakan materi Teknik Menulis Feature, pada Pelatihan Jurnalistik Dasar Pelajar SLTA se-Kabupaten Bulukumba, di Aula SMA Negeri 1 Bulukumba, Selasa, 25 Juni 2013. Pada pelatihan tersebut, Asnawin juga membawakan materi "Memahami dan Menulis Berita."

Menjawab pertanyaan peserta diklat, Asnawin mengatakan, sebelum menulis feature, sebaiknya kita mengajukan dan sekaligus menjawab tiga pertanyaan, karena jawaban atas ketiga pertanyaan itulah yang menentukan menarik-tidaknya sebuah tulisan feature.

"Ajukan dan jawablah tiga pertanyaan sebelum menulis feature. Pertama, bagian mana dari fakta dan hasil observasi lapangan yang paling memengaruhi saya. Kedua, kisah apa yang ingin saya sampaikan kepada pembaca. Ketiga, apa yang membuat saya bisa mengatakan “Ini kisah yang benar-benar menarik?”," katanya.

Dua Jenis Feature


Asnawin yang juga mengajar pada beberapa perguruan tinggi di Makassar, mengatakan, feature pada dasarnya ada dua jenis, yaitu feature murni dan feature news.

Feature murni, katanya, dibuat tanpa harus ada kejadian atau peristiwa yang melatari, tetapi harus ada fakta yang dilihat, diamati, diobservasi, atau diteliti, yang selanjutnya diformulasi menjadi sebuah tulisan atau tayangan karya jurnalistik untuk disajikan kepada khalayak melalui media massa.

Contoh tulisan feature antara lain feature tentang keindahan Pantai Bira, pembuatan perahu phinisi di Bulukumba, atau kisah tentang kehidupan masyarakat adat Kajang di Bulukumba.

"Sedangkan feature news adalah feature yang dibuat berdasarkan peristiwa atau kejadian dan biasanya dibuat dalam bentuk sisi lain untuk menyentuh rasa kemanusiaan. Misalnya berita tentang pelajar yang mengalami cedera saat mengikuti pertandingan olahraga dan terpaksa dirawat selama beberapa hari di rumah  sakit," papar Asnawin. (ahr)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemborosan Kata

PEMBOROSAN KATA atau pleonasme adalah salah satu majas dalam bahasa Indonesia. Majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak dibutuhkan. (Foto: Asnawin)

Metode Penulisan Resensi

Frazer Bond (1961: 236) mengemukakan beberapa metode penulisan resensi, yakni Metode Klasik, Metode Laporan, Metode Panoramik, dan Metode Impressionistik. Metode Panoramik memerlukan pandangan yang bersifat sejarah. Sambil mengadakan pertimbangan terhadap buku, penulis resensi membanding-bandingkannya dengan seluruh rentetan sejarah buku-buku yang umumnya berkategori sama.