Suyatmi Rini (kiri) bersama Emi Angreni. Perjuangan Rini (sapaan akrab Suyatmi Rini) di akhir-akhir perkuliahan yang cukup berliku dan penuh cobaan, dituangkan dalam cerita pendek berjudul: "Perjuanganku di akhir masa-masa perkuliahan." (Foto: Asnawin)
--------------
Perjuanganku di akhir masa-masa perkuliahan
Karya: Suyatmi Rini
Sepulangnya dari KKN, aku mulai disibukkan dengan pengurusan pengajuan judul skripsi. Tiap hari ke kampus buat ngecek judulnya sudah diterima atau belum. Awalnya aku mengira bakal langsung diterima, kenyataan ditolak. Judul yang dikuasai pembahasannya ditolak-tolak melulu, sampai yang keenam kalinya baru di-acc.
Alhamdulillah banget, uda bisa melangkah ke tahap selanjutnya yaitu pembuatan proposal. Alhamdulillah lagi, aku dapat dosen pembimbing yang baik. Bimbingan dua kali langsung acc. Selanjutnya ujian proposal.
Langkah selanjutnya setelah ujian proposal, yaitu melakukan penelitian pada salah satu sekolah swasta di Makasaar. Tepatnya di SMP Nasional Makassar, yang terletak di jalan Sam Ratulangi.
Gak nyangka, siswa-siswa di sana semuanya bandel-bandel. Minta ampun….. Tapi Alhamdulillah, bisa mengatasi meskipun tenggorokan sampai sakit, karena harus berteriak-teriak menegur siswa-siswi yang bandel.
Selama sebulan aku dan seorang teman melakukan penelitian. Setelah selesai, melangkah lagi ke tahap selanjutnya, yaitu bimbingan skripsi. Saat-saat inilah Tuhan benar-benar menguji kesabaranku.
Sibuk bolak- balik dari ruangan satu ke ruangan lain. Surat-surat penting atau surat bukti penelitian hilang, entah itu tercecer atau jatuh, padahal surat itu penting banget sebagai bukti kalau aku pernah melakukan penelitian. Padahal lagi, itu gak gratis lho, harus bayar seratus ribu lagi di sekolah kalau mau dibuatkan surat baru.
Hemmmm… benar-benar bikin badan lemas, tapi aku selalu berupaya sabar, dan meyakinkan diri kalau kejadian ini ada hikmahnya. Berhari-hari ke kampus ngurus ini dan itu, ditambah lagi beberapa nilai mata kuliahku bermasalah, mmmmm…
Kepala mulai pusing, tapi aku selalu menyemangati diriku agar terus berusaha. Insya Allah, aku pasti bisa, meskipun kadang-kadang terlintas di pikiranku apa aku bisa menyelesaikan studyku sesuai target, harus bisa wisuda bulan Maret nanti. Aamiinnn…..
Pada saat sementara bimbingan skripsi, musibah menimpaku lagi. Laptop aku dicuri orang di kamar sendiri. Ya Allah…..cobaan apa lagi ini? Pengen rasanya aku teriak, nangis, marah, semuanya bercampur aduk, sampai-sampai aku bingung harus bersikap bagaimana. Mau sedih atau senang atau bahkan biasa-biasa saja, lelah rasanya, masalah selalu datang menimpa.
Tapi lagi-lagi aku terapkan perasaan sabar, dan berupaya ikhlas menghadapi semua musibah ini. Di saat-saat aku tengah membutuhkan laptop untuk mengetik skripsi dan lain-lain, malah dicuri orang. Ditambah lagi “siraman rohani” (omelan ….oopss…maaf papa, mama) dari orang tua membuatku lelah, dan semakin lelah.
Tapi Alhamdulillah, cobaan-cobaan itu tak sampai membuatku frustrasi. Aku terus berupaya sabar dan yakin, bahwa di balik semua masalah yang menimpaku belakangan adalah cobaan, dan semoga semua ada hikmahnya.
Salah satunya yang paling kuminta pada Allah, semoga semua urusanku dilancarkan dan aku bisa wisuda bulan Maret nanti, agar secepatnya bisa membuat orang tua bangga, aamiinn….
Kalau ingat bagaimana harus mengurus semua nilaiku yang bermasalah, rasanya pusing harus memulai dari mana. Dua langkah lagi aku bisa meraih gelar SPd. Kata orang, Spd itu singkatan dari sarjana pendidikan.
Tapi dua langkah itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Selalu ada ujian kecil yang menghampiri. Seperti yang aku alami tadi pagi. Dalam perjalanan pulang sesudah menghadap ke rumah dosen untuk perbaikan nilai, nyaris saja aku dan teman aku bertabrakan di lampu merah perempatan. Untung cuma tersenggol dengan ban motor pengendara lain, tapi akibatnya fatal, senggolannya kena kakiku, dan sepatu aku terlepas.
Sialnya, di depan jalan itu ada pos polisi. Polisinya pada sangar-sangar lagi. Sepatu aku disita sebelahnya, karena jatuhnya pas di tengah jalan, yaaa ampuuun……
Dan parahnya lagi, teman aku gak bawa SIM dan STNK. Bisa-bisa didenda ratusan ribu nih. Kalau dibandingkan harga sepatu, udah bisa dapat harga 40 ribu, tanpa berpikir panjang aku dan teman aku kabur, dengan aku yang pakai sepatu sebelah doank. Ya ampun, terpaksa harus tahan malu diliatin orang-orang. Mau nggak mau beli sepatu baru.
Ya, kalau dipikir-pikir lucu juga kejadiannya. Aku berharap setelah semua masalah dan pengorbanan, serta kesulitan-kesulitan yang kulalui selama ini, semoga ada hikmah yang jauh lebih baik,seperti kata pepatah “semua akan indah pada waktunya….”
Happy ending………………….
-------------
Suyatmi Rini, anak kedua dari tiga bersaudara, lahir di Sinjai, 31 Juli 1991. Kuliah di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar , jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan sekarang dalam tahap proses penyelesaian program S1...
Komentar