Langsung ke konten utama

Antusiasme Pelajar Membentuk Komunitas Pers


DIKLAT JURNALISTIK. Instruktur Nasional Wartawan PWI, Asnawin (duduk paling tengah/baju biru) foto bersama Wakil Ketua PWI Sulsel Hasan Kuba (duduk ketiga dari kiri), Humas Pemkab Takalar Mustafa (duduk ketiga dari kanan/baju batik), dan para peserta Diklat Jurnalistik Pelajar SLTA se-Kabupaten Takalar, di Ruang Pola Kantor Bupati Takalar, Kamis, 6 Juni 2013. (dok pribadi)


-----------------------------


Antusiasme Pelajar Membentuk Komunitas Pers


Oleh: Asnawin
(Direktur Perpustakaan Pers PWI Sulsel)

Sungguh di luar dugaan penulis, para pelajar di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, ternyata melek teknologi, memiliki semangat tinggi, cerdas-cerdas, dan senang berorganisasi. Gambaran pelajar Kabupaten Takalar itu terlihat pada Diklat Jurnalistik Pelajar SLTA se-Kabupaten Takalar, di Ruang Pola Kantor Bupati Takalar, Kamis, 6 Juni 2013.

Mereka sangat antusias, mereka berlomba-lomba bertanya secara cerdas, mereka mengerjakan tugas menulis berita dengan cekatan, mereka menjawab soal dengan cepat, dan mereka membentuk organisasi secara demokratis.

Organisasi yang mereka bentuk disepakati bernama Komunitas Pers Pelajar Takalar, dengan lama periode satu tahun (2013 – 2014), dan akan dibuatkan Surat Keputusan Bupati Takalar.

Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sulsel, Hasan Kuba, mengatakan, wadah ini merupakan komunitas pers pelajar pertama di Sulawesi Selatan.

Dengan demikian, Diklat Jurnalistik Pelajar SLTA se-Kabupaten Takalar memiliki nilai sejarah, karena melalui pendidikan dan latihan inilah pertama kali terbentuk Komunitas Pers Pelajar di Sulawesi Selatan.

Ide pembentukan komunitas pers pelajar ini, penulis lontarkan pertama kali dalam bincang-bincang dengan beberapa pengurus PWI Sulsel, menjelang dilangsungkannya peringatan Hari Pers Nasional (HPN) dan Hari Ulang Tahun ke-67 PWI Tingkat Provinsi Sulsel tahun 2013, yang dipusatkan di Kabupaten Takalar.

Teman-teman pengurus ternyata menyambut gembira dan mendukung ide tersebut. Pemkab Takalar melalui Bagian Humas, juga menyatakan mendukung pembentukan komunitas tersebut. Atas dasar itulah, penulis kemudian merancang Diklat Jurnalistik Pelajar SLTA se-Kabupaten Takalar dan memasukkan sesi pembentukan wadah organisasi dengan nama Komunitas Pers Pelajar Takalar.

Dengan tambahan sesi pembentukan Komunitas Pers Pelajar itu, maka Diklat Jurnalistik Pelajar SLTA yang merupakan rangkaian peringatan HPN 2013 dan HUT ke-67 PWI, memiliki nilai tambah dan menjadi berbeda dibandingkan diklat serupa yang sering diadakan oleh berbagai organisasi dan lembaga.

Nilai tambah dan perbedaan lain yaitu karena dalam diklat ini, kami juga memasukkan materi "Jurnalisme Online" yang penulis sendiri membawakannya dan langsung membuat blog secara online dengan nama "Jurnalis Muda Takalar". Admin blog dipilih dari salah seorang peserta dan semua sekolah memilih wakilnya masing-masing untuk menjadi penulis atau kontributor.

Pada pelatihan itu, para peserta juga mendapatkan materi "Pengantar Umum Jurnalistik" yang dibawakan oleh Ronald Ngantung (Wapemred Harian Tribun Timur/Ketua Dewan Kehormatan Daerah PWI Sulsel), kemudian "Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Pers" oleh Rivai Manangkasi (Wakil Ketua PWI Sulsel Bidang Pembelaan), serta "Teknik Mencari dan Menulis Berita" oleh Asnawin (Direktur Perpustakaan Pers PWI Sulsel).


Komunitas Pers Pelajar


Pembentukan organisasi Komunitas Pers Pelajar Takalar kami masukkan pada sesi akhir setelah dilakukan evaluasi. Para pelajar yang sudah seharian mengikuti pelatihan, bukannya lesu, melainkan bertambah gembira dan bersemangat.

Dipandu Pak Mustafa dari Humas Pemkab Takalar bersama Pak Hasan Kuba dan penulis selaku instruktur, suasana pembentukan organisasi dan pemilihan pengurus berlangsung begitu hidup.

Pertama-tama, kami meminta kepada para peserta yang bersedia menjadi ketua agar menunjuk tangan ke atas. Ternyata hanya dua dari sekitar 50 peserta yang menaikkan tangan dan kebetulan kedua-duanya perempuan, yaitu Dina Ade Putri (SMAN 1 Takalar) dan Sri Hidayati (SMAN 3 Takalar).

Setelah dilakukan pemungutan suara, ternyata Sri Hidayati mendapatkan suara terbanyak sehingga kemudian ditetapkan sebagai ketua, sedangkan Dina Ade Putri ditetapkan sebagai wakil ketua.

Selanjutnya dilakukan pemilihan sekretaris dan ternyata juga hanya dua orang yang bersedia dan lagi-lagi kebetulan kedua-duanya adalah perempuan. Mereka adalah Nurfadillah (SMAN 3 Takalar) dan Sahera (SMAN 1 Takalar). Hasil pemungutan suara, Nurfadillah meraih suara terbanyak dan kemudian ditetapkan sebagai sekretaris, sedangkan Sahera ditetapkan sebagai wakil sekretaris.

Pada pemilihan bendahara, Almaidah (SMAN Polongbangkeng Selatan) mendapatkan dukungan lebih banyak dari Nurmadina Susanti (SMA Ranggong Daeng Romo), sehingga Almaidah ditetapkan sebagai bendahara dan Nurmadina sebagai wakil bendahara.

Dalam wadah ini, dibentuk lima seksi, yaitu Seksi Diklat (Ketua: Nur Alam Putri dari SMAN 1 Takalar), Seksi Lomba / Kegiatan (Ketua: Wa Ode Puspa Khairunnisa dari SMAN 3 Takalar), Seksi Dana (Ketua: Irfayandi dari SMAN 3 Polongbangkeng Utara), Seksi Media Cetak (Ketua: Alif Adeyani dari SMAN 1 Galesong Utara), dan Seksi Media Online (Ketua : Ista Janwar dari SMAN 3 Takalar).

Pengurus terpilih kemudian ditugaskan melengkapi kepengurusan dengan memasukkan semua peserta sebagai anggota-anggota seksi.

Dalam struktur Komunitas Pers Pelajar Takalar ini, Bupati Takalar, Ketua DPRD Takalar, dan Ketua PWI Perwakilan Gowa – Takalar ditetapkan sebagai penasehat, sedangkan Kadis Pendidikan Takalar, Humas Pemkab Takalar, dan MKKS SMA/SMK/MA Kabupaten Takalar ditetapkan sebagai pembina.

Humas Pemkab Takalar, Mustafa, mengatakan akan segera melaporkan kepada Bupati Takalar tentang selesainya pelaksanaan Diklat Jurnalistik Pelajar se-Kabupaten Takalar, termasuk meminta kesediaan bupati untuk membuatkan Surat Keputusan Pembentukan Komunitas Pers Pelajar Takalar.

Sebagai wartawan dan pengajar mata kuliah-mata kuliah yang berkaitan dengan jurnalistik, penulis berharap Komunitas Pers Pelajar Takalar dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan, sehingga dapat menjadi contoh bagi pelajar SLTA di daerah lain di Sulsel dan di Indonesia.

Makassar, 7 Juni 2013.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiga Pertanyaan Sebelum Menulis Feature

DIKLAT JURNALISTIK.  Direktur Perpustakaan Pers PWI Sulsel, Asnawin Aminuddin, membawakan dua materi, yakni "Memahami dan Menulis Berita" dan "Teknik Menulis Feature", pada Diklat Jurnalistik Pelajar SLTA se-Kabupaten Bulukumba, di SMA Negeri 1 Bulukumba, Selasa, 25 Juni 2013. (ist)

Pemborosan Kata

PEMBOROSAN KATA atau pleonasme adalah salah satu majas dalam bahasa Indonesia. Majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak dibutuhkan. (Foto: Asnawin)

Metode Penulisan Resensi

Frazer Bond (1961: 236) mengemukakan beberapa metode penulisan resensi, yakni Metode Klasik, Metode Laporan, Metode Panoramik, dan Metode Impressionistik. Metode Panoramik memerlukan pandangan yang bersifat sejarah. Sambil mengadakan pertimbangan terhadap buku, penulis resensi membanding-bandingkannya dengan seluruh rentetan sejarah buku-buku yang umumnya berkategori sama.